Suara Pedagang Asongan yang Tak Pernah Masuk Talkshow TV
Detik.com, Sementara televisi nasional ramai membahas inflasi di studio ber-AC, kami merekam Pak Joko (52) yang harus mengurangi jatah makan demi membayar kontrak gerobaknya yang naik 300%. "Kalau jualan kurang, ya harus puasa," katanya sambil menata dagangan rokok eceran. Inilah suara riil yang tak pernah sampai ke panggung diskusi ekonomi nasional.
Cerita di Balik Klaim "Pengangguran Turun"
Data BPS menyebut pengangguran berkurang, tapi kami menemukan lulusan SMA di Bogor yang bekerja serabutan tanpa kontrak. "Resmi saya 'wirausaha', padahal cuma jualan pulsa depan kosan," ujar Rina sambil menunjukkan aplikasi yang memaksanya jadi driver ojol 14 jam/hari. Inilah wajah baru pekerja yang terpaksa menerima kondisi demi tak disebut "penganggur".
Kisah yang Tak Terekam di Laporan Kesehatan Nasional
Di puskesmas pelosok Jawa Timur, kami dokumentasikan pasien gagal ginjal yang harus memilih antara cuci darah atau membiayai sekolah anak. "Sekali berobat habiskan hasil panen 3 bulan," keluh Suharto. Padahal di data resmi, daerah ini sudah "terlayani" program JKN.
Realita di Balik Anggaran "Pembangunan Merata"
Kami telusuri dana desa miliaran yang hanya menghasilkan pos kamling mewah tapi tak menyelesaikan masalah jalan rusak. "Dana banyak, tapi yang dibangun cuma yang kelihatan dari jalan raya," kata Kepala Desa di Lombok yang enggan disebut namanya.
Kami menolak jadi corong data mentah. Dengan rekaman suara gemetar, foto tangan yang pecah-pecah, dan video mata berkaca-kaca, kami bungkus angka-angka resmi menjadi cerita manusia. Di ruang redaksi kami meyakini: satu testimoni warga miskin yang terekam lebih berharga daripada seratus grafik pertumbuhan ekonomi.
Inilah jurnalisme yang sesungguhnya - ketika media besar sibuk meliput konferensi pers menteri, kami memilih mendengar keluh kesah mereka yang justru paling merasakan dampak kebijakan. Karena kadang, kebenaran paling jernih justru datang dari mereka yang tak punya akses ke mikrofon.